Sabtu, 22 Januari 2011

Perencanaan Bangunan Tahan Gempa

Dalam keadaan statis, sebuah bangunan hanya memikul beban gravitasi, yaitu berat sendirinya dan beban hidup (kalau ada). Namun pada saat dilanda gempa, bangunan akan mengalami getaran horizontal dan mengadakan gerakan dari posisi diam menuju arah yang berlawanan dengan arah gerakan tanah.

Pada lokasi bangunan, gempa akan menyebabkan tanah dibawah bangunan dan sekitarnya tergoncang dan bergerak secara tidak beraturan, percepatan tanah terjadi dalam tiga dimensi membentuk kombinasi frekuensi getaran dari 0.5 Hz sampai 50 Hz. Getaran gempa ini akan menjadi gaya inersia yang bekerja pada tiap elemen bangunan dan mengakibatkan bangunan ber-respon (bangunan akan mengalami goyangan). Besarnya gaya inersia ini sangat tergantung dari berat massa dan kekakuan bangunan, makin berat dan kaku bangunan makin besar gaya inersia yang bekerja. Dalam pelayanan jasa konstruksi, seorang ahli bangunan dituntuk bertanggung jawab untuk merancang bangunan yang mampu menahan gaya-gaya inersia ini.

Macam-macam kerugian yang diakibatkan oleh gempa pada bangunan adalah:
1. pecahnya pondasi dan lantai bangunan yang mengakibatkan bangunan turun atau miring
2. dinding dan atau rangka pintu/jendela retak/pecah
3. rangka bangunan, plafon, atap mengalami deformasi atau pergeseran ke arah horizontal dan menjadi labil sehingga ikatan antara elemen struktur lepas
4. kemungkinan terjadi korsluiting listrik yang dapat menimbulkan kebakaran
5. kerugian yang paling total adalah robohnya bangunan tersebut

Mengingat bahwa indonesia merupakan negara yang termasuk jalur gempa berbahaya maka dalam desain dan analisis bangunan harus pula memperhatikan adanya pengaruh gempa ini.

Berikut ini ada beberapa cara sederhana untuk mengurangi kerugian akibat gempa pada bangunan tidak bertingkat

1. denah yang sederhana dan simetris: untuk mengurangi momen puntir oleh gaya gempa
2. perencanaan ruang, penempatan dinding penyekat, lubang pintu/jendela, sebaiknya simetris terhadap sumbu bangunan
3. bahan bangunan dipilih yang ringan, terutama untuk yang dibagian atas/atap
4. dinding dari pasangan bata tanpa struktur beton bertulang, tidak boleh untuk dibuat bertingkat atau tinggi
5. sistem fondasi dan rangka bangunan harus diberi perkuatan: balok sloof, kolom praktis, dan balok atas, dari beton bertulang dengan jumlah tulangan minimal 4 d 10 mm
6. pada konstruksi fondasi dari pasangan batu kali, harus dibuat menerus dibawah seluruh pasangan bata dengan diberi sloof diatasnya, yang berfungsi untuk meratakan beban dari atas dan penahan gaya lateral oleh gempa

0 komentar:

Posting Komentar