About me

CIRCLE OF MY LIFE

Way of Life

FRIEND AND COMPATRIOTS

Past life

WHEN I USED TO BE

Project

MY LAST PROJECT, INDOFERO - INDOCOKE, CIWANDAN, CILEGON

Project

NEW PROJECT II / MENTENG RESIDANCE, JAKARTA

Jumat, 17 Juni 2011

Sekilas Tentang Sistem Penulangan Pelat

Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :
  1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat satu arah/ one way slab)
  2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/two way slab)

1) Penulangan pelat satu arah

a) Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja.Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.

Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti terlihat pada gambar di bawah).

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.


Gambar di atas adalah pelat dengan tulangan pokok 1 arah

b) Simbol gambar penulangan.Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak depan (gambar (a)), maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika dilihat pada gambar Tampak Atas (gambar (a)), pada garis tersebut hanya tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan simbol-simbol sbb :

2) Penulangan pelat 2 arah

a) Konstruksi pelat 2 arah.Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar.

Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus(bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan lagi. Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx), tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar ) dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1)

Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah.

Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan bagi.

Sekilas rumah sederhana sehat tahan gempa

Prinsip dasar

Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.

1. Prinsip dasar kekakuan strukur rumah

Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid terhadap goncangan. Terbukti, struktur kaku seperti beton bertulang jika dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini berarti perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh struktur yang dibuat pada saat pembangunan agar dapat lebih kuat dan lebih kaku. Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh saat gempa terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang oleh pondasi yang baik pula.

2. Prinsip flexibilitas

Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil, misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan beban. Yang dimaksud dengan roll adalah jenis hubungan pembebanan yang dapat bergerak dalam skala kecil untuk meredam getaran.

3.Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”

Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”, yaitu menggunakan bahan-bahan material ringan yang tidak lebih membahayakan jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat membebani struktur yang ada. Contohnya : struktur kayu dapat menerima perpindahan hubungan antar kayu dalam skala gempa sedang.

4. Prinsip massa yang terpisah-pisah

Prinsip massa yang terpisah-pisah, yaitu memecah bangunan dalam beberapa bagian menjadi struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini tidak terlalu besar dan terlalu panjang karena jika terkena gempa harus meredam getaran lebih besar.

B. Kesatuan Struktur ( Struktur Atap, struktur dinding, struktur pondasi )

Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan bersama-sama dan proporsioanal. Bangunan juga harus bersifat daktail, sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.

1. Pondasi

Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. KEdalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Lebar pondasi bagian bawah 0,4 m, sedangkan lebar bagian atas pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan pasangan batu gunung ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm.

2. Beton

Beton yang digunakan untuk beton bertulang dapat menggunakan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Air yang digunakan adalah ½ dari berat semen (FAS 0,5). Mutu yang diharapkan dapat tercapai dari perbandingan ini adalah 150 kg/cm2

3. Cetakan beton (bekisting)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cetakan beton adalah sbb :

1) Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap getaran yang ditimbulkan pada saat pengecoran.

2) Setiap selesai pemasangan, harus diteliti ulang baik kekuatan maupun bentuknya.

3) Cetakan beton terbuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat dilepaskan tanpa mengakibatkan kerusakan beton.

4) Bekisting boleh dibuka setelah 28 hari. Selama beton belum mengeras harus dilakukan perawatan beton (curing).

4. Beton bertulang

Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

Untuk membuat struktur beton bertulang (balok,sloof,dan ring balk) menjadi satu kesatuan system pengakuran yang baik dan penerusan tulangan harus dilakukan dengan baik. Tulangan yang digunakan untuk beton bertulang mempunyai diameter minimum Æ10 mm dengan jarak sengkang bervariasi.

Secara garis besar beton bertulang dapat dibagi 2, kolom dan balok. Ukuran-ukuran beton bertulang yang digunakian adalah :

1) Sloof = 15 cm x 20 cm

2) Kolom utama = 15 cm x 15 cm

3) Kolom praktis = 13 cm x 13 cm

4) Ring balk = 13 cm x 15 cm

5) Balok kuda-kuda = 13 cm x 15 cm

“Pumping” Penyebab kerusakan jalan beton

Perkerasan beton semen (rigid pavement) biasanya dibuat untuk dilewati lalu lintas berat dengan volume yang tinggi, karena menjajikan kekuatan lebih baik dan pemeliharaan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perkerasan lentur. Namun, berdasarkan pengamatan terhadap jalan-jalan dengan perkerasan beton semen di Indonesia, telah terjadi banyak kerusakan dengan pumping (pemompaan) sebagai penyebab utamanya, di samping penyebab-penyebab lain yang berhubungan dengan kesalahan/ketidaktelitian dalam pelaksanaan konstruksi.

Pumping ini dapat mengakibatkan kerusakan hebat perkerasan beton semen yang berupa keretakan kepatahan yang disertai penurunan slab beton yang sangat membahayakan lalu lintas. Hal ini tentu saja mengakibatkan lonjakan kenaikan biaya pemeliharaan yang sangat besar, di samping terjadinya hambatan terhadap kelancaran lalu lintas.

Mekanisme terjadinya pumping

Berdasarkan definisi yang umum, yang dimaksud dengan pumping adalah proses yang didalmnya akibat beban kendaraan berat yang menimbulkan lendutan slab betn perkerasan kaku dan mengakibatkan terdesaknya air beserta butiran-butiran halus subgrade (tanah dasar) yang berada di bawah slab beton keluar melalui celah-celah sambungan (joint) dan retakan-retakan atau celah pada pinggir slab beton.

Dengan demikian kondisi yang dapat menimbulkan pumping adalah sebagai berikut :

1. Kehadiran air bebas (free water) di bawah slab beton ;

2. Material tanah dasar yang dapat tererosi (erodible material);

3. Lalu lintas dengan beban berat.

Mekanisme terjadinya pumping dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Keterangan Gambar 1 = Air masuk ke bawah slab beton melalui celah sambungan dan retakan-retakan pada slab beton.

  • Keterangan gambar 2 = Dengan mendekatnya beban roda (di atas approach slab) ke arah sambungan, air yang berada di bawah slab tersebut bergerak perlahan-lahan ke slab berikutnya (leave slab). Butir-butir halus tanah juga bergerak ke arah yang sama.

  • Keterangan gambar 3 = Pada saat beban roda melewati sambungan menuju pelat beton berikutnya (di atas leave slab), air yang berada di bawah slab berikutnya (leave slab) bergerak secara cepat ke bawah plat sebelumnya (approach slab). Gerakan/ aliran air yang cepat ini menyebabkan erosi pada tanah dasar (subgrade). Sebagian air bersama butiran halus tanah terdesak ke luar melalui celah sambungan dan retakan slab beton. Hal ini terlihat dengan adanya warna coklat kemerah-merahan di permukaan slab beton di sekitar celah sambungan/ retakan plat beton.

  • Keterangan gambar 4 = Akhirnya terbentuklah rongga di bawah slab beton (leave slab) sebagai akibat kehilangan material, dan kemungkinan terbentuknya tumpukan (buildup material) di bawah slab sebelumnya (approach slab). Adanya rongga di bawah slab beton menyebabkan terjadinya efek kantilever dari slab beton yang akan mengakibatkan retak dan patahnya slab beton setelah dilewati beban berat. (Menurut ACPA, 1995, rongga sedalam 3 mm sudah dapat menimbulkan kerusakan slab berupa retak-retak sudut).

Hal-hal lain yang mendorong terjadinya pumping adalah kurang berfungsinya transfer devices sehingga terjadi faulting (gerakan vertikal antar slab beton), kekakuan subbase material yang ada tidak memadai, dan kekuatan tanah yang tidak merata.


USAHA PENCEGAHAN TERJADINYA PUMPING

1. LATAR BELAKANG

a) Pada dasarnya, sesuai standart-standart yang ada, a.l. AASHTO Guide for design of Pavement Structure, pumping dicegah melalui pemasangan lapisan Subbase, yaitu lapisan di bawah slab beton yang menggunakan berbagai jenis material, termasuk agregat yang bergradasi (dengan Void besar) untuk mengalirkan air, dan material yang distabilisasi dengan bahan tertentu.

Lapisan Subbase ini disarankan 30-60 cm lebih lebar dari pada lebar perkerasannya, dengan kemiringan melintang yang cukup untuk keperluan drainase.

Sebagaimana diketahui, selain mencegah terjadinya pumping, fungsi subbase yang lainnya antara lain adalah meningkatkan daya dukung subgrade (dinyatakan dalam nilai k = Modulus Reaksi Tanah Dasar dan menyediakan lantai kerja untuk konstruksi).

b) Upaya mengatasi masalah erosi terhadap material subbase ini dilakukan dengan penggunaan material tahan erosi, misalnya lean concrete, atau material filter (porous material) sebagai subbase.

c) Desain perkerasan beton semen untuk jalan-jalan di Indonesia termasuk jalan tol, menggunakan lean concrete setebal 10 cm sebagai subbase, dengan maksud agar air yang masuk dari celah sambungan atau retakan slab beton akan terhalang (blocked) oleh lean concrete dan tidak dapat mencapai subgrade. Sedangkan masuknya air dari pemukaan ke dalam perkerasan di cegah dengan joint sealer yang dipasang menutup celah sambungan. Struktur perkerasan tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah :

d) Tidak disediakan fasilitas drainase untuk mengeluarkan air yang terjebak di bawah permukaan perkerasan.Berdasarkan pengamatan terhadap jalan-jalan beton di Indonesia dengan konstruksi seperti di atas, pumping terjadi karena lean concrete ikut retak/ pecah bersama-sama dengan slab betonnya. Hal ini diperkirakan karena,

  • Mutu beton lean concrete terlalu rendah (menurut spesifikasi kuat tekan = 10 MPA) sehingga mudah pecah.
  • Permukaan lean concrete biasanya dikerjakan secara manual sehingga permukannya tidak rata dan terjadi gigitan dengan slab beton yang di cor di atasnya.
  • Lean concrete retak karena mengalami tegangan tarik pada waktu plat beton mengalami penyusutan setelah pengecoran.

2. PERBAIKAN DESAIN YANG DIUSULKAN

Setelah memperhatikan pertimbangan-pertimbangan di atas, di sini kami usulkan alternatif perbaikan desain perkerasan beton semen untuk jalan-jalan di Indonesia sbb:

a) Apabila tidak diperlukan adanya fasilitas drainase di bawah permukaan perkerasan :

Di bawah Slab beton digunakan Subbase yang tahan erosi (non-erodible) dari material tanah dasar yang distabilisasi dengan semen atau aspal. Kalau distabilisasi dengan aspal, disarankan yang digunakan adalah aspal emulsi sebanyak 4 – 8%.

Di atas permukaan subbase tersebut dipasang asphalt prime coat sebanyak 1,5 L/m2 ,yang berfungsi sebagai bond breaker dan lapis kedap air sehingga air dari permukaan yang masuk celah sambungan (joint) atau retakan slab beton tidak dapat mencapai lapisan subbase.Kalu tembus, subbase yang sudah distabilisasi tidak dapat tererosi sehingga tidak akan terjadi pumping.

Konstruksi perkerasan secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah :

b) Apabila diperlukan adanya fasilitas drainase di bawah permukaan perkerasan.

Di bawah slab beton dipasang subbase dari agregat bergradasi yang dapat meloloskan air (permeable). Sedangkan di antara slab beton dan lapisan subbase dipasangkan lembaran plastik sebagai bond breaker dan untuk mencegah dewatering campuran beton pada waktu pengecoran slab.

Di bawah subbase dipasang lapisan filter material, yang dimaksudkan untuk menahan masuk butiran-butiran tanah dasar (subgrade) ke lapisan subbase.

Konstruksi perkerasan secara skematis dapat dilihat pada gambar di bawah :

Kedua alternatif desain di atas tidak menggunakan lean concrete. Sedangkan dalam pelaksanaan subgrade, tetap harus dipastikan tidak terjadinya ketidakseragaman (irregularities) daya dukung untuk mencegah terjadinya cantilevereffect atau bridging effect terhadap slab beton ; dan mutu beton yang baik sesuai Spesifikasi.

Catatan **

Dalam tulisan ini Slab beton disebut base Course, sehingga lapisan di bawahnya disebut subbase, dst.

Basic Open New Project of Primavera Project Planner

Langkah 1

Berikut Gambar awal ketika Primavera di aktifkan, kadang setelah ini akan dimintai username dan password.

Langkah 2

Setelah masuk halaman awal Primavera, klik FILE > NEW untuk membuat project baru kita.

Langkah 3

Maka form Add a New Project akan hidup dan kita disuruh mengisi form-form yang telah di sediakan ,akan saya isikan seperti gambar dibawah.Jangan lupa untuk proyek akan dimulai tenggal 10 September 2010 dan akan berakhir pada 31 Oktober 2010 …kalau sudah tekan dir untuk menyimpan Project baru kita.

Langkah 4

Save di mana saja yang anda suka, di akhirat juga boleh ?wkkwkwkw.

Langkah 5

Uda muncul sekarang lembar kerja Primaveranya, langsung klik tanda plus (+) untuk menambahkan kegiatan, lalu pada Edit Bar tuliskan 1 untuk mengisi Activity id, kalau sudah tekan Enter atau kilik tanda centang. Sekarang Activity id 1 sudah aktif, klik baris yang kosong pada Activity Discription kita yang baru, lalu isi Edit bar-nya, saya akan mengisikan Pekerjaan Bongkaran.

Langkah 6

Setelah itu aturlah durasi lamanya pekerjaan BONGKARAN dengan mengubah pada kotak Orig Dur, saya akan ubah lamanya durasi adalah 3 hari.

Langkah 7

Jika waktu anda membuat id baru dan nomornya dari 1 jadi 11, maka kita harus menyetel dulu interval pada nomor id tersebut, klik TOOLS > OPTIONS > ACTIVITY INSERTING.


Langkah 8

Maka akan muncul form Activity Inserting Option, lalu pada kotak Increment yang tadinya 10 ganti menjadi 1. kemudian klik OK!!!

Langkah 9

Kalau sudah buat semua list pekerjaan yang kamu rencanakan,beserta lama pekerjaannya (duration). Kalau punya saya bisa di lihat pada gambar di bawah. . ..

Langkah 10

Sekarang kita akan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan di atas menjadi umum dan khusus, seperti pekerjaan uitzet dan Bouwplank masuk pekerjaan Persiapan, dll.

Langkah 11

Isikan induk setiap pekerjaan yang kita tulis tadi, misal : induk dari pekerjaan bongkaran adalah Pekerjaan Persiapan, induk dari pekerjaan kolom, balok dan sloof adalah Pekerjaan Beton, dll. Jangan lupa isikan Code untuk induk pekerjaan yang akan anda buat, pada gambar di bawah saya mengisikan Code Pekerjaan Persiapan = 1.1

Langkah 12

Setelah membuat semua induk pekerjaan seperti di bawah, klik OK!!!

Langkah 13

Lalu sekarang pilih Pekerjaan Bongkaran lalu tekan F5, maka form untuk mengedit data Pekerjaan Bongkaran akan muncul lalu klik WBS, pada kolom WBS pilih Pekerjaan Persiapan, karena Pekerjaan Bongkaran adalah bagian dari Pekerjaan Persiapan.Lakukan hal ini pada pekerjaan yang lain . . . .

Langkah 14

Setelah semua pekerjaan memiliki induk pekerjaan, sekarang waktunya mengaktifkan WBS tersebut. Caranya : klik FORMAT > ORGANIZE.

Langkah 14

Akan muncul form Organize, lalu pilih Work Breakdown, lalu edit jenis dan ukuran font sesuai keinginan anda. Saya memakai Arial ukuran 16 dan Bold.Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 15

Denk-donk . . .inilah hasilnya (look at the picture below)

Langkah 16

Sekarang kita akan mengatur Relationship atau hubungan antara 1 pekerjaan dan pekerjaan yang lainnya, misalnya : Pekerjaan Pembersihan akan dimulai setelah Pekerjaan Bongkaran selesai dan seterusnya. Caranya : Klik Pekerjaan Pembersihan Lokasi lalu tekan F5 atau double click maka form akan muncul > klik PRED > maka form Predessor akan tampil lalu pilih Pekerjaan Bongkaran. (Artinya : Pekerjaan Pembersihan akan dimulai setelah Pekerjaan Bongkaran selesai),lalu lakukan relationship pada pekerjaan yang lain.

Langkah 16

Kalau semua pekerjaan sudah memiliki Relatinship (hubungan), untuk mengaktifkan hubungan tersebut klik icon SCHEDULE.

Langkah 17

Setelah muncul form Schedule biarkan default, lalu klik OK!!!

Langkah 18

Setelah itu kita akan menyimpan data, klik : Save to the following look, lalu klik OK!!!

Langkah 19

Sekarang lihat bar chart (bagian kanan) sudah berubah sesuai hubungan yang kita masukkan.

Sekilas Tentang Tiang Pancang

Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus ke dalam tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancangkan miring (batter pile)

Menurut cara pemindahan beban tiang pancang dibagi menjadi 2, yakni :

1) Point Bearing Pile (End Bearing Pile)

Tiang pancang dengan tahanan ujung : tiang ini meneruskan beban melalui tahanan ujung ke lapisan tanah keras.

2) Friction Pile

  • Friction Pile pada tanah dengan butir-butir tanah kasar (coarce grained) dan sangat mudah meloloskan air (very permeable soil). Tiang ini meneruskan beban ke tanah geseran kulit (skin friction). Pada proses pemancangan tiang-tiang ini dalam satu group (kelompok) tiang yang mana satu sama lainnya saling berdekatan akan menyebabkan berkurangnya pori-pori tanah dan meng-compact-kan (memadatkan) tanah di antara tiang-tiang tersebut dan tanah di sekeliling kelompok tiang tersebut. Karena itu tiang-tiang yang termasuk kategori ini disebut Compaction Pile
  • Friction Pile pada tanah dengan butir-butir yang sangat halus (very fine grained) dan sukar meloloskan air. Tiang ini juga meneruskan beban ke tanah melalui kulit (skin friction), akan tetapi pada proses pemancangan kelompok tiang tidak menyebabkan tanah di antara tiang-tiang, ini menjadi”Compact“. Karena itu tiang-tiang yang termasuk kategori ini disebut “Floating Pile Foundation” .

Menurut Bahan yang Digunakan, Tiang Pancang Dibagi 4 yakni :

A) Tiang Pancang Kayu

B) Tiang Pancang Beton

1) Pre-cast Reinforced Concrete Pile : Penampangnya dapat berupa :

a) lingkaran

b) Segi Empat

c) segi delapan

2) Pre-cast Prestressed Concrete Pile

3) Cast in Place

a) Franki Pile

b) Raymond Pile

c) Simplex

d) Mac. Arthur, dll.

C) Tiang Pancang Baja

a) H. Pile

b) Pipe Pile

D) Tiang Pancang Komposite

1)Kayu – Beton

2) Baja – Beton

Kita bahas, tiang-tiang pancang yang sering digunakan saat ini saja, karena tiang pancang kayu sudah jarang digunakan.

Tiang Pancang Beton


1. Precast Reinforced Concrete Pile

Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat (keras) lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya tiang pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.

Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (lebih besar 50 ton untuk setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya.

Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang daripada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang daripada tiang ini kurang, terpaksa harus diadakan penyambungan, hal ini sulit dan memakan banyak waktu.

Keuntungan pemakaian Precast Reinforced Concrete Pile

1) Precast Reinforced Concrete Pile ini dapat mempunyai tegangan tekan yang besar, ini tergantung dari mutu beton yang digunakan,

2) Tiang pancang ini dapat diperhitungkan baik sekali sebagai “End Bearing Pile” maupun sebagai “Friction Pile

3) Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.

4) Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti pada tiang pancang kayu, maka di sini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk Poernya.

Kerugian Pemakaian Precast Concrete Reinforced Concrete Pile

1) Karena berat sendirinya besar maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast Reinforced Concrete Pile ini dibuat di tempat pekerjaan.

2) Tiang pancang beton ini baru dipancang setelah cukup keras (kuat), hal ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menuunggu sampai tiang pancang beton ini dapat dipergunakan.

3) Bila memerlukan pemotongan maka dalam, pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.

4) Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung daripada alat pancang (piledriving) yang tersedia maka untuk melakukan alat penyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.

5) Apabila dipancang di sungai atau di laut, dimana ada bagian dari tiang yang berada di atas tanah (lihat gambar di bawah). Bagian A-B akan bekerja sebagai kolom akibat gaya vertikal dan bagian A-B juga bekerja sebagai balok ccantilever terhadap beban horizontal.

Bentuk-bentuk Penampang

1. Bentuk Persegi (Segi Empat), SQUARE PILE



2. Bentuk Segi-Delapan, OKTOGONAL PILE

3. Selain bentuk di atas, masih ada juga bentuk lingkaran tetapikita memerlukan cetakan khusus untuk membuatnya.

4. Bentuk Patent

Dari bentuk bentuk-bentuk patent ini diantarnya adalah :

    • Chenoweth Pile
    • Corrugated Pile

Ada pula tiang pancang beton yang dibuat ujung bawahnya diperbesar. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar tahanan ujung. Bentuk ini efektif untuk tiang dengan tahanan ujung (end bearing pile) pada lapisan tanah yang lembek.

2. Cast In Place

Type ini dicor seempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah.

Pada Cast In Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

  1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik ke atas.
  2. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton. Sedangkan pipa baja tersebut tetap di dalam tanah.

Franki Pile

Tiang Franki adalah salah satu dari tiang beton yang dicor setempat (Cast In Place Pile).

Adapun prinsip pelaksanaannya sebagai berikut :

Keterangan Gambar di atas

  1. Pipa baja dengan ujungnya disumbat dengan beton yang sudah mengering.
  2. Dengan penumbuk yang jatuh bebas (drop hammer) sumbat beton tersebut ditumbuk. Akibat dari tumbukan tersebut, pipa beton dan sumbatnya akan masuk ke dalam tanah.
  3. Pipa terus ditumbuk dan sudah mencapai lapisan tanah keras.
  4. Setelah itu pipanya ditarik keluar ke atas sambil dilakukan pengecoran
  5. Tiang Franki sudah selesai, disini sumbat beton melebar sehingga ujung bawah akan berbentuk seperti jamur (The Mushrom Base) sehingga tahanan ujung menjadi besar. Sedangkan permukaan tiang tidak lagi rata, sehingga lekatannya dengan tanah menjadi sangat kasar.

Solid-Point Pipe Piles (Closed – end Piles)

Type ini hampir sama dengan tipe Franki sedangkan bedanya adalah :

  1. Sumbunya bukan dari beton tetapi dari besi tuang (Cast – Iron)
  2. Setelah dicor pipa tetap di dalam tanah tidak ditarik keluar.

Adapun prinsip pelaksanaannya sbb:

  1. Ujung tiang besi dari besi tuang (cast – iron) dimasukkan ke dalam tanah, kemudian pipa diletakkan di atasnya seperti pada gambar. Pada ujung atas pipa dipasang topi kemudian pipa dipancang.
  2. Pipa dipancang ke dalam tanah.
  3. Setelah pipa dipancang sampai kedalaman tertentu, maka pemancangan dihentikan dan jika bagian pipa diatas tanah masih sisa panjang maka harus dipotong
  4. Kemudian di dalam pipa diisi dengan beton, bila pipa kurang panjang maka dapat dilakukan penyambungan dengan “a cast – steel drive sleeve“. Alat penyambung ini dimasukkan ke dalam pipa yang akan disambung kemudian pipa penyambung diletakkan di atasnya dan pemancangan dapat dilanjutkan/diteruskan. Penyambungan dapat pula dilakukan dengan sambungan las.

Tiang tipe ini dapat diperhitungkan sebagai end-bearing pile atau friction pile.


Keuntungan Daripada tipe ini adalah :

  • Ringan dalam transport dan pengangkatan.
  • Mudah dalam pemancangan.
  • Kekuatan tekannya dapt besar.

Open – end Steel Pipe Piles

Tiang ini adalah suatu tiang pancang dari pipa baja dengan ujung bawah terbuka. Adapun prinsip pelaksanaannya sbb :

  1. Pipa baja dengan ujung terbuka dipancang ke dalam tanah.
  2. Bila pipa kurang panjang dapat disambung. (Adapu cara penyambungan pipa dengan type Solid Point Steel – Pipe Pile).
  3. Bila pipa telah mencapai kedalaman yang direncanakan pemancangan dihentikan. Kemudian tanah yang berada di dalam pipa dikeluarkan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan penyemprotan air (water jet), tekanan udara, compressed, coring out dan sebagainya.
  4. Pipa telah bersih dari tanah yang berada dalam pipa.
  5. Pipa diisi dengan beton.

Raymond Concrete Pile

Tiang Raymond adalah salah satu dari tiang yang di cor di tempat dan pertama-tama digunakan sebagai tiang geseran. Tiang Raymond ini makin ke ujung bawah diameternya makin kecil (biasanya setiap 2,5 ft diameter kurang dari 1″)

Karena itu untuk panjang tiang yang relatif pendek akan menghasilkan tahanan yang lebih besar dibandingkan dengan tiang prismatis (diameternya konstant epanjang tiang). Tiang Raymond ini terdiri dari Pipa Shell yang tipis terbuat dari baja dengan diberi alur berspilar sepanjang pipa.

Prinsip pelaksanaan tiang type ini adalah :

  1. karena Shell tersebut tipis, maka pada waktu pemancangan dibari inti core dari pipa baja yang kuat.
  2. Shell bersama-sama dengan inti core dipancang ke dalam tanah, sampai mencapai kedalaman tertentu.
  3. Kemudian inti core ditarik keluar.
  4. Selanjutnya kedalaman Shell tersebut dicor beton.

Panjang tiang Raymond ini maximum 37,5 ft (± 11,25 meter)

Simplex Concrete Pile

Type tiang ini dapat dipancang melalui tanah yang lembek (kurang compact) maupun kedalaman tanah keras. Setelah pipa ditarik bidang keliling (kulit) beton langsung menekan tanah di sekitarnya karena itu tanah harus cukup kuat/teguh dan compact untuk mendapatkan beton yang cukup padat. Kalau tanah tidak cukup kuat dan compact maka dalam pipa dimasukkan Shell pipa yang tipis dengan diameter lebih kecil daripada diameter pipa luar, kemudian beton dicor dan pipa sebelah luar ditarik ke atas.

Adapun prinsip pelaksanaan Simplex ini adalah sbb :

  1. Pipa dipancang dengan ujung bawah diberi sepatu baja sampai mencapai kedalaman yang direncanakan.
  2. Setelah cukup kemudian kedalaman pipa dicor beton sambil pipa ditarik ke atas. Kalau tanah di sekeliling Tiang kurang kuat (compact), maka dalam pipa dimasukkan Shell pipa tipis sebelum beton kita cor ke dalam shell tersebut.
  3. Pipa telah ditarik ke atas dan tiang Simplex telah selesai. Tiang Simplex ini diperhitungkan sebagai end-bearing pile maupun friction pile.

Base-Driven Caused Pile

Type tiang ini adalah termasuk tipe tiang yang dicor setempat dengan pipa baja (cashing) yang tetap tinggal dalam tanah tidak ditarik ke atas. Chasing atau pipa baja terbuat dari plate yang dilas berbentuk pipa.

Diameter pipa berkisar antara 10 sampai dengan 28 inch (25 sampai dengan 70 cm) dengan total 3/8 inch (± 1 cm)

Panjang tiang dapat ditambah dengan cara dilas. Pada ujung pipa (cashing) diberi sepatu dan sumbat beton yang dicor lebih dahulu seperti halnya Franki Pile.

Prinsip pelaksanaan Base Driven Caused Pile:

  1. Pipa baja (casing) yang telah diberi sumbat dipasang pada leader alat pancang (the leader of the pile driving).
  2. Hammer (pelu) alat pancang dijatuhkan bebas (Drop Hammer) ke dalam pipa hingga menumbuk sumbat beton, dan pipa (casing) masuk ke dalam tanah.
  3. Kalau memerlukan penambahan panjang tiang hal ini dapat dilaksanakan dengan cara penyambungan las.
  4. Kemudian pemancangan dilanjutkan lagi sampai mencapai kedalaman yang direncanakan.
  5. Setelah mencapai kedalaman yang direncanakan pemancangan dihentikan dan beton dicor ke dalam casing.

Tiang tipe ini dapat diperhitungkan sebagai end-bearing pile maupun friction pile.

Dropped – in shell Concrete Pile

Type ini adalah suatu type variasi daripada tiang pancang yang dicor setempat tanpa adanya casing permanent yang tetap tinggal di dalam tanah. Sebagai ganti daripada casing dipergunakan shell logam tipis yang dimasukkan ke dalam casing luar kemudian setelah beton dicor casing luar ditarik ke atas.

Type ini digunakan bila pembuatan tiang yang dicor casing setempat tanpa adanya casing sukar dilaksanakan misalnya seperti di tanah pasir.

Bila casing bagian luar ditarik maka akan terjadi rongga di sekeliling shell yang mana rongga ini akan diisi dengan kerikil. Dengan demikian kerikil ini akan memperbesar geseran antara tanah dengan tiang.

Diameter casing bagian luar ini berkisar antara 12″ sampai 20″ (30-50 cm) dengan panjang 75 feet (22,5 meter).

Adapun pelaksanaan tiang pancang type ini secara singkat :


Keterangan Gambar di atas :

a) Perlengkapan tiang ini terdiri dari

  1. Casing Luar, yaitu pipa bagian luar
  2. Caore (Inti) pipa bagian dalam.

(a) Diameter dasar core ukurannya sedemikian sehingga core ini dapat tepat masuk dalam casing.Casing luar dan core di dalamnya dipancang bersama-sama ke dalam tanah hingga mencapai lapisan tanah keras.

(b) Setelah sampai lapisan tanah keras core ditarik ke atas dan shell dimasukkan dalam casing tersebut. Shell ini terbuat dari logam yang tipisdan ringan dengan permukaan diberi alur spiral.

(c) Kemudian beton dicor ke dalam shell sampai penuh dan padat. Setelah penuh core dimasukkan lagi ke dalam casing sedemikian sehingga bawah ujung core (sepatu) akan terletak pada permukaan beton yang telah dicor dalam shell. Kemudian casing ditarik ke atas (keluar) sedangkan shell dan beton tetap berada pada posisinya karena ditahan oleh core dan hammer alat pancang yang diletakkan di atas core.

(d) Casing telah ditarik keluar, kemudian lubang di sekeliling shell diisi dengan kerikil.


Kejelekan Cast in Place
  1. Kebanyakan dilindungi oleh hak patent
  2. Pelaksanaannya memerlukan hak khusus.
  3. Beton dari tiang yang dikerjakan secara cast in place tidak dapat dikontrol.
Kebaikan Cast in Palace
  1. Pembuatan tiang ini tidak menghambat pekerjaan
  2. Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport
  3. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan lapangan.

Dasar Inspeksi Sambungan Las

Pengenalan

Setiap pekerjaan yang mengutamakan mutu di samping produktifitas, maka sudah barang tentu diperlukan inspeksi.

Pada dasarnya kualitas daripada suatu produk dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :

  1. Bahan baku
  2. Pengerjaan
  3. Pengawasan
  • Untuk sambungan las misalnya: apakah bahan yang dilas bebas dari minyak,air,debu dan kotoran-kotoran lain ???
  • Apakah di dalam pengerjaan pengelasan tersebut sudah dilakukan keselarasan antara besarnya heat source (ampere) dengan tebal plat atau logam induknya ??
  • Apakah hasil las-lasan sedah dicek bocor dan tidak serta kuat dan tidaknya??
  • Apakah brander las terlalu cepat atau sudah cukup untuk suatu hasil yang memadai ?!

Ini semua merupakan problematika seorang inspektor teknik.

Penerapan Statistik pada Inspeksi

Terdapatnya air, minyak, kotoran pada logam akan berakibat buruk pada sambungan las. Kecepatan mata bor tanpa diimbangi pendinginan berakibat pada struktur metal. Kekeroposan hasil las-lasan sangat berpengaruh terhadap kekuatan las-lasan. Kurang presisinya pengelingan dapat menyebabkan kebocoran dan lain-lain.

Dilapangan seorang inspector diperlukan untuk bisa mengawasi pekerjaan mulai dari mutu hasil penyambungan seorang pekerja sampai efisiensi biayanya.

Dalam hal monitoring mutu pekerjaan seorang tukang misalnya, maka inspector ini boleh mengambil sampel secara acak (random sampling) untuk diteliti sampai seberapa besar prosentasenya pekerja ini melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Sedangkan terhadap monitoring efisiensi biaya, maka di sini inspector perlu mengkaji sudah seberapa besar produktivitas tukang ini bila ditinjau dari dana yang dialokasikan.

Ini semua adalah informasi yang sangat penting untuk penilaian pekerjaan tukang guna mendapatkan promosi baik gaji, jenjang dan lain-lain.

Teknik Inspeksi dan Jenis-jenisnya

Secara umum teknik inspeksi untuk bahan maupun sambungan dibedakan dalam 2 kelompok :

  1. Inspeksi Merusak
  2. Inspeksi Tanpa Merusak
Inspeksi merusak
  • Tarik
  • Tekan
  • Bengkok
  • Puntir
  • Kelelehan
  • Metallography
  • Impact
Inspeksi Tanpa Merusak
  • Sinar X
  • Radiography
  • Magneet
  • Kebocoran

Dari inspeksi ini dapat disimpulkan baik tidaknya bahan serta hasil penyambungan. Untuk inspeksi tarik misalnya harus dilakukan dengan mesin uji tarik, begitu pula untuk tekan harus diuji dengan mesin ujiny tekan. Test bengkok, puntir, kelelehan, impak harus diuji dengan mesin ujinya masing-masing.

Untuk test Metallografy dilakukan etching lalu diamati dengan microscope dengan terlebih dahulu dibersihkan hasil etsanya dan kadang perlu ditambah bahan kimia tertentu untuk memperjelas teramatinya struktur logam yang dimaksud. Dengan microscope, struktur logamnya difoto terus dibandingkan sesuai dengan refferenc. Dari sini dapat disimpulkan apa sebenarnya struktur logam yang diamati tersebut.

Sedangkan tanpa merusak tadi dapat diberikan sedikit keterangan sebagai berikut :

  1. Test sinar X, di sini dapat dilihat kemungkinan kropos tidaknya bahan/sambungan.
  2. Test Radiography, di sini prinsipnya menggunakan teori pengiriman serta penerimaan gelombang suara (Ultra Sonic) yang dimaksudkan untuk bisa mengamati kekeroposan sambungan/bahan dengan melihat layar alat kontrol.
  3. Test Magneet mempunyai tujuan sama dengan cara mendeteksi bahan/sambungan melalui sifat-sifat magnet yang bisa menarik bubukan besi. Dari sini daerah keroposnya tertemukan.
  4. Test Kebocoran, di sini bahan/sambungan ditest terhadap kebocoran dengan cara memberikan tekanan (misalnya pada ketel) dan mendeteksi suara atau gejala kebocoran dengan melihat gelembung udara dari pent\yemprotan air.